Lingga Yoni

lingga yoni

Arti Lingga Yoni

Inilah lingga yoni sebagai simbul dari kesejahtraan dalam spiritual disebutkan Lingga Yoni mampu memberikan kesejahtraan umat manusia dalam kesucian yang artinya sejahtra dan kaya akan spiritual Lingga Yoni inilah yang ada di sanggar Surya Chandra, Desa Buruan, Penebel Tabanan, Bali

Berbagai Cerita tentang Lingga Yoni

Salah satu peninggalan tersebut adalah Lingga Yoni yang hingga saat ini masih dikeramatkan keberadaannya. Kata Lingga berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ”tanda padanan phallus atau kelamin laki-laki”. Di dalam buku Iconographic dictionary of the India religion Hinduism – Buddhism – Jainism diuraikan bahwa Lingga (linggam) antara lain berarti simbol atau lambang jenis kelamin laki-laki. Di India Selatan dan Tengah pemujaan terhadap Lingga sangat populer keberadaannya. Malah ada satu sekte khusus di sana yang memuja Lingga. Mereka menamakan dirinya sekte Linggayat. Ciri-ciri khusus dari para penganut sekte ini adalah mereka memakai kalung dengan hiasan beberapa buah Lingga. Sama seperti halnya dengan orang-orang Nasrani yang memakai kalung dengan tanda salibnya.

Lingga menurut paham Hindu disebut sebagai lambang kesuburan yang diperlihatkan oleh peradaban manusia di lembah Indus. Kepercayaan ini sempat dilarang oleh bangsa Indo Arya, tetapi tidak lama timbul kembali dan mulai dihubungkan dengan Dewa Siwa. Lingga kemudian dapat juga berarti sebagai perwujudan Dewa Siwa dalam bentuk sebuah phallus.
Biasanya Lingga di tempatkan di atas sebuah vulva (yoni). Yoni di sini berarti simbol alat kelamin wanita, sebagai simbol dari unsur wanita. Yoni dalam bentuk cincin batu banyak ditemukan pada peradaban di lembah Indus. Yoni juga dipuja oleh sebuah sekte yang bernama sekte Sakta. Yoni dianggap sebagai unsur sakti dan seringkali disatukan di dalam susunan Lingga. Lingga tidak saja banyak ditemukan di India. Tetapi banyak juga terdapat di daerah Khmer (Myanmar, Kamboja, Vietnam). Raja di sana pada waktu itu yang bernama Mahendrawarman sempat meninggalkan beberapa prasasti yang isinya untuk memperingati pendirian beberapa Lingga dengan beberapa sebutan (di antaranya adalah Sambhu, Triyambhaka dan Tibhuwanecwara). Dalam berbagai prasasti tersebut ada beberapa petunjuk, bahwa mendirikan Lingga erat kaitannya dengan telah ditaklukkannya suatu daerah tertentu.

Sedangkan di Indonesia, Lingga tertua yang pernah diketahui berasal dari prasasti Canggal, yang berasal dari halaman percandian di atas gunung Wukir di Kecamatan Sleman. Dari prasasti yang ditulis tahun 732 M tersebut diketahui bahwa Raja Sanjaya yang beragama Siwa telah mendirikan sebuah Lingga di atas bukit, dan dimungkinkan bangunan Lingga tersebut ialah candi yang hingga masih ada sisa-sisanya di atas gunung Wukir.

Di Bali sendiri, keberadaan Lingga Yoni sangat banyak ditemukan. Ini memberikan petunjuk bahwa pada masa lampau di Bali pernah ada sebuah sekte bernama Pasupati sebagai salah satu aliran dalam agama Hindu.
Lingga Yoni yang ditemukan di Pura Puseh Babahan, Bali ada tiga jenis bentuknya. Yaitu dua Lingga dalam satu lapik yang kadang disebut Lingga yang mandiri dan sebuah Lingga Yoni.

Lingga Yoni juga dipercaya sebagai sumber dari kesuburan. Penganut kepercayaan tersebut kadang menyiramkan air pada Lingga dan kemudian air yang mengalir melalui yoni ditampung dan selanjutnya disiramkan pada tanaman padi atau tanaman lainnya.

Di samping hal tersebut, penemuan Lingga Yoni tersebut menunjukkan bahwa di desa Babahan, Penebel merupakan sebuah desa kuno. Temuan tersebut juga menunjukkan bahwa situs kuno tersebut merupakan peninggalan arkeologis dari masa prasejarah (masa perundagian) dan masih berlanjut hingga masa klasik dan bahkan masih berlangsung hingga sekarang

[Reporter: gede suryawan]

2 Komentar

  1. I Made Setiawan SH said,

    Januari 12, 2011 pada 5:39 am

    Om Swastyastu
    -Umat sedarma di Nusantara, Marilah kita sama-sama kita saling mengasah Pengetahuan agama kita. Selama ini kita dibohongi, Hindu dikerdilkan, Melalui wujud Lingga-Yoni yang bertebaran diNusantara marilah bersatu dalam Hindu Dharma untuk menyelamatkan negara dari ancaman perang antar agama. Lihat saja tiada hari tanpa pengrusakan Mesjid,Gereja. Termasuk Candi,Penden,Pura kita. Kita tidak perlu membalas mereka akan hancur sendiri. Om Shanti3 Om

  2. yuni said,

    April 28, 2011 pada 10:22 pm

    thanks wat infonya,,,sangat menambah wawasan 🙂


Tinggalkan Balasan ke I Made Setiawan SH Batalkan balasan